aku tidak tau.
ntah sanggup, ntah tidak.
duduk satu meja, berhadapan.
meski saling jauh, dipisahkan banyak tubuh,
tak saling bicara, tak saling anggap.
aku pasti mencoba memandangmu.
sedangkan kamu mungkin berusaha tidak usah memandangku.
aku akan terluka, melihat mata itu tidak memandangku.
aku mungkin akan terluka, tertunduk lesu, dan jadi pendiam selama sisa hari.
yang lain mungkin akan menyadari ada yang aneh,
tapi mungkin juga tidak.
dan aku akan berusaha seolah tidak pernah terjadi apa- apa,
kamu juga akan begitu, aku yakin.
pasang senyum,
bongkar pasang jokes usang biar terkesan baru dan gres serta layak ditertawakan,
mati- mati an tidak mengadakan kontak langsung,
atau aku akan berlutut gemetar dan menangis.
akan jadi celaka kalau mulut- mulut iseng itu mulai bercuap,
mengisengi aku dan kamu yang ingin membuang jauh kisah apapun yang pernah ada.
akan jadi sungguh repot kalau mulut- mulut iseng mereka mulai tertawa menyindir, menggoda aku dan kamu.
melontarkan lelucon karena mereka pikir kita sudah berpisah terlalu lama untuk masih saling simpan rasa,
atau lebih parah mereka pikir kita masih bersama.
diam- diam berharap kamu tidak usah datang.
demi kebaikan kita,
atau demi kebaikanku tepatnya.
tak perlu lagi lihat tampangmu yang jauh dari menyenangkan tapi kukangeni setiap hari.
tak perlu lagi mendengar kamu tertawa, berbicara.
aku diam- diam berharap kamu tidak hadir nanti.
supaya aku tak perlu berakting baik- baik saja.
karena aku tau kamu tau aku tidak baik- baik saja.
dan tidak akan baik- baik saja melihat kamu duduk di seberang meja,
tertawa, dan menganggapku hanya satu dari kawan lama.
Wednesday, December 23, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment