Wednesday, December 23, 2009

untitled (49)

aku mengumpat.
marah. merasa disakiti. merasa di khianati. merasa di curangi.

aku menjerit- jerit.
tidak tahan rasa perihnya. bergelut dengan rasa kebas dan pongah yang ditimbulkan.

aku menangis histeris.
menangis ngilu. pedih. mengeluarkan segala kebencian berharap kebencian yang kupunya cukup untuk benar- benar membenci.

aku menangis lirih.
lirih. bukan lagi amarah, hanya sedih. menangis sampai tak lagi keluar suara, hilang sejurus kenangan yang membanjir buat air mata semakin banjir.

aku benci kala- kala teringat semua ini.
celakanya, tidak ada lagi pertengkaran yang teringat dan terekam.
hanya peluk dekap yang tersisa.

aku mau lari sampai tak lagi terkejar segala rasa.
pergi jauh tak terjangkau kenang.

untitled (48)

aku tidak tau.
ntah sanggup, ntah tidak.
duduk satu meja, berhadapan.
meski saling jauh, dipisahkan banyak tubuh,
tak saling bicara, tak saling anggap.

aku pasti mencoba memandangmu.
sedangkan kamu mungkin berusaha tidak usah memandangku.
aku akan terluka, melihat mata itu tidak memandangku.
aku mungkin akan terluka, tertunduk lesu, dan jadi pendiam selama sisa hari.

yang lain mungkin akan menyadari ada yang aneh,
tapi mungkin juga tidak.
dan aku akan berusaha seolah tidak pernah terjadi apa- apa,
kamu juga akan begitu, aku yakin.
pasang senyum,
bongkar pasang jokes usang biar terkesan baru dan gres serta layak ditertawakan,
mati- mati an tidak mengadakan kontak langsung,
atau aku akan berlutut gemetar dan menangis.

akan jadi celaka kalau mulut- mulut iseng itu mulai bercuap,
mengisengi aku dan kamu yang ingin membuang jauh kisah apapun yang pernah ada.
akan jadi sungguh repot kalau mulut- mulut iseng mereka mulai tertawa menyindir, menggoda aku dan kamu.
melontarkan lelucon karena mereka pikir kita sudah berpisah terlalu lama untuk masih saling simpan rasa,
atau lebih parah mereka pikir kita masih bersama.

diam- diam berharap kamu tidak usah datang.
demi kebaikan kita,
atau demi kebaikanku tepatnya.
tak perlu lagi lihat tampangmu yang jauh dari menyenangkan tapi kukangeni setiap hari.
tak perlu lagi mendengar kamu tertawa, berbicara.
aku diam- diam berharap kamu tidak hadir nanti.
supaya aku tak perlu berakting baik- baik saja.
karena aku tau kamu tau aku tidak baik- baik saja.
dan tidak akan baik- baik saja melihat kamu duduk di seberang meja,
tertawa, dan menganggapku hanya satu dari kawan lama.

untitled (47)

mungkin aku mencintaimu.
mungkin aku mencintaimu dengan semua stok cinta yang kupunya.
tapi mungkin juga tidak.

mungkin bodoh,
lima tahun,
hampir setengah dekade,
rambut dari pendek, jadi panjang, lalu kembali pendek dan sekarang sudah mulai panjang lagi,
tapi masih juga belum dapat jawabannya.

aku mungkin mencintaimu.
dasar bodoh!
kemana saja aku selama ini?
ngapain aja aku selama ini sama kamu?
bisa- bisa nya baru sadar sekarang...

aku mungkin mencintaimu.
tidak.
aku rasa aku mencintaimu.
mungkin,
aku mencintaimu.
itu lebih tepat.

Thursday, December 17, 2009

untitled (46)

i used to love a love songs.
i used to feel like my soul talking along those love songs.
happy,
sad...
i just love a love songs.

but now,
every songs,
even if it isn't a love song, seems dull in my ears.
every single song in my iTunes seems too lame to listened. too crappy to listened.
every song just seems vapid, prosaic, boring, and sad.

the rhythm i used to love
being this painful sound keep repeating in my mind and annoyingly made me remind of something that i don't even want to remember it.
something that i hope just a little piece of memories that will never came back.

all the songs i used to love
being this dreadful sound that kept me think about something i don't want to think about.
someone i don't want to think about.

someone who ruined all my songs.
someone who ruined all songs that i used to love.
someone who ruined too many songs already.
someone who ruined me...

Monday, December 14, 2009

untitled (47)

Once, someone asked me this very shockingly hard to answer kind of question.
"Have you ever experience love?"
"How does it felt?"
My mouth opened to answer,
But there is no answer,
I don't have the answer afterall..
I just opened my mouth try to find a single word to be the answer, but there's only an empty air that hanging on the empty space, go with the wind blows.
I'm speechless.
Wordless.
It's not that hard..
If I know the answer..
But the truth is, I don't even know my self whether I,my self ever felt love or no.
And swear to the love of god, I have no freakin idea how love supposed to felt..

After awhile,
I tried to think about those question.
Question I didn't even knew how to answer.
Well.. Maybe, maybe, I did ever fall in love.
Maybe I did ever in love.
And if that is love,
I think, I just love one person, and one person only...

Wednesday, December 9, 2009

untitled (46)

runtuh!
hati- hati nanti runtuh!!

semua orang berteriak- teriak bagai tak ada lagi hari esok untuk berteriak.
semua menjerit- jerit bagaikan hanya menjerit saja satu- satu nya hal yang mereka mampu.

aku pikir aku satu- satu nya yang normal disini.
duduk diam,
tak menjerit,
tak berteriak,
tak keluarkan sepatah suara pun.
hanya duduk dan tak paham apa yang terjadi.
aku pikir aku normal...

runtuh!!
dasar bodoh!
semua runtuh!!

kembali mereka berteriak.
wujud- wujud kabur berbayang tak berbentuk itu berteriak- teriak lagi.
tengok kanan-kiri.
aku sendirian.
aku seorang diri.
siapa yang berteriak?

terlambat!!
semua sudah runtuh!

aku kali ini diam dalam diam lebih diam lagi.
mencoba mencari dari mana sebenarnya asal teriakan itu.
semakin ku diam, semakin kencang suaranya terdengar.

tiba- tiba bagai dilempari sebongkah karang besar
hati ini runtuh.
hati ini bagai terkena angin puting beliung,
runtuh semua pertahanan yang ada.

salah mu!
semua sudah runtuh!

akhirnya aku paham.
ternyata aku justru satu- satu nya yang tidak waras disini.
satu- satu nya yang tidak normal disini.
satu- satu nya yang menulikan kuping saat hati dan otak peringatkan kalau hati ini akan runtuh dengan sekali sentil.

masih duduk diam.
dalam diam.
semakin diam.
bukan lagi suara jerit yang terdengar.
hanya rintih lirih sakit perih yang tersisa.
menyisakan rongga kosong bagai kroak dimakan monster kejam.

ya..semua sudah terlambat.
semua telah runtuh.
hancur jadi abu.
 
Header Image by Reigina Tjahaya