Sunday, May 31, 2009

untitled (27)

Serpong, 2009

dari banjir air mata sampai kering mata ini cuma bisa tatap nyalang ke depan, gonta ganti channel tv tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya sedang ditayangkan. kepala berdebum- debum serasa disepak bolak- balik oleh serentet pemain bola. ingin lari kencang, kemana saja asal tak dikamar ini, dikamar yang tiap sudutnya cuma bikin aku semakin mau gila..
aku lebih rela tidur di dipan teras rumah daripada diatas kasurku ini sebenarnya. aku takut terlalu nyenyak dan jadi gila ketika bangun. aku takut bermimpi terlalu indah dan enggan bangun ketika sudah waktunya. aku takut tidur terlalu nyaman dan jadi ringkih ketika dihantam.
bukan sekali dua aku patah hati.
bukan sekali dua aku patah hati karena dia.
tapi masih saja serasa mulut rakus berbau busuk mengunyah aku sampai nyaris lumat tak berbentuk rasa- rasa nya. masih saja aku mau menangis histeris sambil menjerit tanpa takut membangunkan tetangga sebelah.
tapi aku tentu saja hanya duduk diam disudut, pojokan kamar, diam, menahan air mata supaya tak jatuh karena diriku erlalu gengsi buat membiarkan diri ini menangis meraung karenanya.
diri ini terlalu sombong untuk mengaku aku sedih begitu perih karena dia.
diri ini terlalu kuat untuk jadi benar- benar kuat.
dan diri ini terlalu marah untuk bisa menentukan masih sayang atau sudah membenci dia-kah aku...[rei]

Saturday, May 23, 2009

untitled (26)

Jakarta, 2009

Aku rindu dia.
ya..
Tak terbantahkan aku rindu dia.
Biar kata semua bilang diri tak berotak cenderung imbisil harap lelaki macam dia, 
Aku tak lah menggubris.
Aku tetap rindu dia.
Bagai berjuta untai benang jerat diri tak bisa lari, 
tak bisa lepas,
tak bisa bohong.
Aku rindu dia.
Meski dia tak rindu aku,
Aku tak lah perduli.
Aku tetap rindu dia bagai sekumpulan lalat jahat mengganggu hari.
Biarlah aku rindu dia,
'toh sebagai bukti aku tak lagi bersamanya.
'toh sebagai bukti tak ada lepas rindu.
ya jadi,
biarkanlah aku merindu.
Mungkin saja esok aku tak lagi rindu dia.
Jadi biarkanlah aku rindu dia kali ini.
Rindukan semuanya.
Perihnya sisa kecup saat dia menghilang,
Sesaknya jejak dekap saat dia merindu yang lain,
Sakitnya bekas genggam saat dia tak lagi genggam aku.
Biarkanlah aku rindukan dia kali ini.
sekali ini. [rei]

Monday, May 11, 2009

untitled (25)

Jakarta, 2009

Ingin berkata, 
berucap, berujar,
bersua dalam untai kata.
menyampai rangkai kata tentang keluh yang tercerabut, berpuntal jadi satu.
menyuarakan rindu yang setengah mati ditepis,
dan mati- mati an disembunyikan agar sumber rindu tak tau.
bercuap perih yang tak kunjung reda karena bukannya dibiarkan mengering,
malah dikoyak semakin dalam.
menyampaikan kasih yang nampak tak dibalas,
meski sesekali ilusi mengelabui diri sehingga diri merasa dikasihi.
sekejap.
sejenak.

Thursday, May 7, 2009

untitled (24)

Jakarta, 2009

Duduk diam diujung sana menahan rindu agar tak landa diri. Meski tau usaha sia- sia belaka, tapi tetap berkeras tolak rindu yang sergap hati.
Terbata merangkai kata cuma untuk ungkapkan rasa. Meski sadar kalimat terangkai tak didengar, tapi tetap usaha ucapkan ungkapan rasa.
Terduduk diam. Nyaris terlelap. Tapi kemudian kembali terjaga.
Hati dirongrong rasa asing yang tak lagi asing.

Tuesday, May 5, 2009

untitled (23)

Jakarta, 2009

merindu.
ya merindukan kamu.

menanti.
ya menantikanmu bilang kamu juga rindu aku.

menunda.
menunda mencari kamu agar kamu cari aku duluan.

bertahan.
bertahan berjauhan agar kamu menyadari kejauhan ku dan mencoba menggapaiku kembali.

berdiam.
selalu aku berdiam diri tak mau bilang aku kangen karena gengsi ku selangit.

untitled (22)

Jakarta, 2009

Kalau aku bilang aku belum lelah berjalan seperti ini dan kamu percaya,
artinya aku pembohong yang luar biasa hebat dan kamu bodoh luar biasa.
kalau aku bilang aku tak lelah berjalan seperti ini, dan berkata "aku tak lelah dan akan terus berjalan",
artinya aku sedang mencoba meyakinkan diri untuk terus berjalan.
tapi kalau aku bilang aku telah lelah berjalan seperti ini dan aku menyerah dan aku ingin berhenti berjalan,
mungkin ada baiknya kamu periksakan aku ke dokter jiwa terdekat. siapa tau aku sudah terganggu pikirannya.

aku memang lelah berjalan.
tapi aku tak akan berhenti.
tidak akan menyerah. 
tidak akan berhenti berjalan.

aku hanya akan duduk.
istirahat sejenak.

hela napas. hembus napas.

coba hilangkan penat meski yang lenyap hanya setitik.

lalu kembali bangun, melangkah dan melanjutkan berjalan... [rei]

untitled (21)

Jakarta, 2009

lama tak berkata,
menari lincah dalam kata.
menguntai dendang lewat gerak gemulai ujung pena yang tergores di atas hampar putih sebuh kertas.

lama tak berkisah,
bercuap- berceloteh dalam kisah.
mencerita kejadian dalam rangkaian kalimat- kalimat yang dibumbui oleh sebakul kata pemanis meski ironis karena kisahnya pedih, perih, sadis, tak manis.

lama tak bersua,
bersua dalam kata dan kisah.
bertatap jiwa dalam sebuah kisah maupun kata.
tangan gatal seolah merindu mengurai kata, tapi sayang kisahnya tak kunjung datang.

tanpa sebuah kisah, lalu apalah arti serangkaian kalimat- kalimat ini sedari tadi? [rei]

untitled (20)

Jakarta, 2008

Di luar hujan.
Rintiknya kembali cambuki lantai bumi. cipratannya jilati setiap permukaan yang ada.

Di luar bising.
Banyak gemuruh bersaut. bunyi riuh rendah layaknya sebuah pesta. atau sebuah raungan pedih?

Di sini sepi.
Seakan begitu jauh dan terasing dari sunia luar meski hanya dibatasi selembar kaca yang kini telah basah.

Kilat saling sambar.
Seolah saling bercengkrama. ledek manusia yang ketakutan akan cantik gemuruhnya yang belah langit.

bagiku,
sempurna itu hujan.
ada gemuruh ramai, 
ksedihan kelam,
kesejukkan,
serta dingin yang buat seluruh persendian ngilu.

ya.
hujan itu sempurna.
peristirahatan jiwa lelah tertimpa sinar mentari.
pembasuhan peluh kotor.
menyamarkan tetes air mata. [rei]

untitled (19)

Jakarta, 2008

Mata ini ngantuk berat sudah hendak tertutup.
tapi pikir masih melayang- layang. buat diri lagi- lagi terjaga.

jujurnya, hati ini lelah mencinta.
bosan sudah berikan rasa tak dibalas.

tubuh ini mulai jengah.
rindu rengkuhan palsu yang hangatkan jiwa renta sesaat.

nafas terasa memberat. seolah diri terburu.
denyut terpacu cepat. diri ini gelisah.
jiwa ini meradang.
ketika tanya terlontarm bukan jawab terharap yang kudengar.

nafas kembali terhela.
mempertanyakan model hidup macam apa yang kujalani.

gebukan pada bongkah hati bikin semua pecah.
hantaman pada akal sehat bikin diri lengser.
tersungkur jatuh. melelah. mengeluh.
berkeluh kesah pada dunia. pada gelapnya malam.

hanya kecewa yang tersisa.
menanti dan sia- sia. [rei]
Jakarta, 2008

lagi- lagi hujan.
tapi kali ini, bukan sekedar air mata langit.
tapi nampaknya langit menangis bahagia.

manusia gegap gempita mengirim segala macam terang kembang api.
buat langitku yang biasa kelam jadi warna- warni.
buat langitku yang biasa sepi sontak ramai riang sorak sorai bikin diri semakin ciut kesepian. [rei]

untitled (18)

Jakarta, 2007

gelap rasanya semakin akrab denganku seolah aku memang sang jahat.
kelilingku makin pekat tak bisa buatku lepas dengan mudah.
aku bosan.
aku nyaris gila.
semua makin edan.
tempatku tidur serasa sarang naga. tak hentinya semburkan api. panas menyala.
tempatku tertawa layaknya kandang lintah. serap habis darahku. perlahan.
tempatku berpijak. tak lain ialah neraka jahanam.
kantuk merongrong. tapi otak enggan istirahat.
berjuta- juta atom perihal berdesak minta dibahas oleh otak yang serasa tak mampu lagi bekerja. lelah cenderung depresi.
mulut mengumpat lancar bak pecut.
hati takut menggeletar.
otak kalut tercarut. berdenyut- denyut menohok.
lama- lama tersungkur juga aku ini di sudut.
meringkuk gemetar.
takut.
dan tak sadar setitik air mata menitik.
dada ini sesak.
koyak tak rasa bahagia.
otak meradang.
menggeletar mau marah tapi tidaklah berhak.
bertanya- tanya dalam hati.
bertanya- tanya entah kepada siapa.
apa tak layak diri ini bahagia? [rei]

Sunday, May 3, 2009

untitled (17)

Jakarta, 2009

Kalau aku bilang aku sedih,
Artinya seperti ada sebongkah batu menyumbat tenggorokanku.
Artinya seperti ada tangan- tangan ekstra meremas hatiku sampai ciut.
Artinya seperti ada berpuluh jarum peniti menusuk- nusuk ulu hati.
Artinya ya aku benar- benar sedih.

Kalau aku bilang aku tak sanggup lagi,
Artinya menghela napas pun terasa begitu berat.
Artinya berdiri tegak pun terasa begitu sulit.
Artinya menggerak bibir untuk tersenyum pun terasa begitu menyiksa untuk dilakukan.
Artinya aku benar- benar tak sanggup lagi.

Kalau aku bilang aku lelah,
Artinya aku telah lelah berjalan.
Artinya aku telah lelah menanti.
Artinya aku telah lelah berusaha untuk kamu.
Artinya aku benar- benar sudah lelah akan kamu.

Kalau aku bilang aku bosan,
Artinya aku bosan tak pernah bahagia.
Artinya aku bosan menanti kamu buat aku bahagia.
Artinya aku bosan dengan keadaan ini.
Artinya aku bosan menyayangi kamu.. [rei]

untitled (16)

Jakarta, 2007

Aku muak dengan hidupku yang tak pernah jauh dari suram dan selalu jauh dari riang.
ceria semu yang terlanjur manja kan diri bikin diri ini jadi ringkih dan langsung pecah ketika terhempas.
sekitarku seakan tak pernah puas gerogoti diri ini sampai lemah tak berenergi.
serasa lintah yang tak pernah puas sedot darah sampai kerontang pada diriku.
aku ini manusia.
bukan manusia baik memang,
tapi punya hati dan bisa rasa sakit.
meski seringkali hati ini serasa beku kadang mati rasa, 
tapi ada kalanya bisa rasakan rasa seutuhnya, depresi berlebih, dan ingin akhiri semuanya supaya bisa berhenti dengar cuapan laknat orang- orang keparat itu. [rei]

untitled (15)

Jakarta, 2009

Aku tau kamu benci ditanya.
Aku tau kamu benci ditanya-tanya oleh aku.
Aku tau kamu benci aku selalu tanya-tanya.
Kamu bilang kamu lelah jawab.
Kamu bilang kamu bosan dengar pertanyaanku yang selalu ku ulang.
Kamu bilang kamu benci ditanya.
Jangan kamu pikir aku tidak lelah.
Aku juga lelah.
Lelah bertanya dalam hati.
Bertanya pada diri sendiri.
Bertanya pada kamu.
Bertanya dan tak dapat jawaban apa-apa dari kamu.
Lelah mengulang pertanyaan.
Tapi semua ku ulang karena kamu tak pernah beri jawaban.
Semua ku ulang karena kamu berubah.
Berubah bikin aku takut jawabanmu yang dulu ikut berubah.
Lagipula apa salahnya jawab aku?
Apa salahnya jawab pertanyaanku sesekali?
Apa salahnya buat aku tau pasti?
Kamu bilang kamu lelah.
Kamu tak pernah tau seberapa lelahnya aku..
Kamu mau aku berhenti bertanya.
Aku mau kamu berhenti menghilang.
Tapi kamu tetap menghilang tinggalin aku.
Jadi kenapa aku harus berenti bertanya ke kamu? [rei]
 
Header Image by Reigina Tjahaya