Wednesday, December 23, 2009

untitled (49)

aku mengumpat.
marah. merasa disakiti. merasa di khianati. merasa di curangi.

aku menjerit- jerit.
tidak tahan rasa perihnya. bergelut dengan rasa kebas dan pongah yang ditimbulkan.

aku menangis histeris.
menangis ngilu. pedih. mengeluarkan segala kebencian berharap kebencian yang kupunya cukup untuk benar- benar membenci.

aku menangis lirih.
lirih. bukan lagi amarah, hanya sedih. menangis sampai tak lagi keluar suara, hilang sejurus kenangan yang membanjir buat air mata semakin banjir.

aku benci kala- kala teringat semua ini.
celakanya, tidak ada lagi pertengkaran yang teringat dan terekam.
hanya peluk dekap yang tersisa.

aku mau lari sampai tak lagi terkejar segala rasa.
pergi jauh tak terjangkau kenang.

untitled (48)

aku tidak tau.
ntah sanggup, ntah tidak.
duduk satu meja, berhadapan.
meski saling jauh, dipisahkan banyak tubuh,
tak saling bicara, tak saling anggap.

aku pasti mencoba memandangmu.
sedangkan kamu mungkin berusaha tidak usah memandangku.
aku akan terluka, melihat mata itu tidak memandangku.
aku mungkin akan terluka, tertunduk lesu, dan jadi pendiam selama sisa hari.

yang lain mungkin akan menyadari ada yang aneh,
tapi mungkin juga tidak.
dan aku akan berusaha seolah tidak pernah terjadi apa- apa,
kamu juga akan begitu, aku yakin.
pasang senyum,
bongkar pasang jokes usang biar terkesan baru dan gres serta layak ditertawakan,
mati- mati an tidak mengadakan kontak langsung,
atau aku akan berlutut gemetar dan menangis.

akan jadi celaka kalau mulut- mulut iseng itu mulai bercuap,
mengisengi aku dan kamu yang ingin membuang jauh kisah apapun yang pernah ada.
akan jadi sungguh repot kalau mulut- mulut iseng mereka mulai tertawa menyindir, menggoda aku dan kamu.
melontarkan lelucon karena mereka pikir kita sudah berpisah terlalu lama untuk masih saling simpan rasa,
atau lebih parah mereka pikir kita masih bersama.

diam- diam berharap kamu tidak usah datang.
demi kebaikan kita,
atau demi kebaikanku tepatnya.
tak perlu lagi lihat tampangmu yang jauh dari menyenangkan tapi kukangeni setiap hari.
tak perlu lagi mendengar kamu tertawa, berbicara.
aku diam- diam berharap kamu tidak hadir nanti.
supaya aku tak perlu berakting baik- baik saja.
karena aku tau kamu tau aku tidak baik- baik saja.
dan tidak akan baik- baik saja melihat kamu duduk di seberang meja,
tertawa, dan menganggapku hanya satu dari kawan lama.

untitled (47)

mungkin aku mencintaimu.
mungkin aku mencintaimu dengan semua stok cinta yang kupunya.
tapi mungkin juga tidak.

mungkin bodoh,
lima tahun,
hampir setengah dekade,
rambut dari pendek, jadi panjang, lalu kembali pendek dan sekarang sudah mulai panjang lagi,
tapi masih juga belum dapat jawabannya.

aku mungkin mencintaimu.
dasar bodoh!
kemana saja aku selama ini?
ngapain aja aku selama ini sama kamu?
bisa- bisa nya baru sadar sekarang...

aku mungkin mencintaimu.
tidak.
aku rasa aku mencintaimu.
mungkin,
aku mencintaimu.
itu lebih tepat.

Thursday, December 17, 2009

untitled (46)

i used to love a love songs.
i used to feel like my soul talking along those love songs.
happy,
sad...
i just love a love songs.

but now,
every songs,
even if it isn't a love song, seems dull in my ears.
every single song in my iTunes seems too lame to listened. too crappy to listened.
every song just seems vapid, prosaic, boring, and sad.

the rhythm i used to love
being this painful sound keep repeating in my mind and annoyingly made me remind of something that i don't even want to remember it.
something that i hope just a little piece of memories that will never came back.

all the songs i used to love
being this dreadful sound that kept me think about something i don't want to think about.
someone i don't want to think about.

someone who ruined all my songs.
someone who ruined all songs that i used to love.
someone who ruined too many songs already.
someone who ruined me...

Monday, December 14, 2009

untitled (47)

Once, someone asked me this very shockingly hard to answer kind of question.
"Have you ever experience love?"
"How does it felt?"
My mouth opened to answer,
But there is no answer,
I don't have the answer afterall..
I just opened my mouth try to find a single word to be the answer, but there's only an empty air that hanging on the empty space, go with the wind blows.
I'm speechless.
Wordless.
It's not that hard..
If I know the answer..
But the truth is, I don't even know my self whether I,my self ever felt love or no.
And swear to the love of god, I have no freakin idea how love supposed to felt..

After awhile,
I tried to think about those question.
Question I didn't even knew how to answer.
Well.. Maybe, maybe, I did ever fall in love.
Maybe I did ever in love.
And if that is love,
I think, I just love one person, and one person only...

Wednesday, December 9, 2009

untitled (46)

runtuh!
hati- hati nanti runtuh!!

semua orang berteriak- teriak bagai tak ada lagi hari esok untuk berteriak.
semua menjerit- jerit bagaikan hanya menjerit saja satu- satu nya hal yang mereka mampu.

aku pikir aku satu- satu nya yang normal disini.
duduk diam,
tak menjerit,
tak berteriak,
tak keluarkan sepatah suara pun.
hanya duduk dan tak paham apa yang terjadi.
aku pikir aku normal...

runtuh!!
dasar bodoh!
semua runtuh!!

kembali mereka berteriak.
wujud- wujud kabur berbayang tak berbentuk itu berteriak- teriak lagi.
tengok kanan-kiri.
aku sendirian.
aku seorang diri.
siapa yang berteriak?

terlambat!!
semua sudah runtuh!

aku kali ini diam dalam diam lebih diam lagi.
mencoba mencari dari mana sebenarnya asal teriakan itu.
semakin ku diam, semakin kencang suaranya terdengar.

tiba- tiba bagai dilempari sebongkah karang besar
hati ini runtuh.
hati ini bagai terkena angin puting beliung,
runtuh semua pertahanan yang ada.

salah mu!
semua sudah runtuh!

akhirnya aku paham.
ternyata aku justru satu- satu nya yang tidak waras disini.
satu- satu nya yang tidak normal disini.
satu- satu nya yang menulikan kuping saat hati dan otak peringatkan kalau hati ini akan runtuh dengan sekali sentil.

masih duduk diam.
dalam diam.
semakin diam.
bukan lagi suara jerit yang terdengar.
hanya rintih lirih sakit perih yang tersisa.
menyisakan rongga kosong bagai kroak dimakan monster kejam.

ya..semua sudah terlambat.
semua telah runtuh.
hancur jadi abu.

Sunday, November 29, 2009

untitled (45)

for so long,
i kept deny this feelings...
i kept telling people anything but love...
i said i need you,
i said i obsessed of you,
i said that you are my guilty pleasure,
i said i just want you,
i said i don't want to lose...
anything.
but love...

the truth is...
i love you...
i love you too much..
i love you too much till i forget how to love anyone else but you...
i love you too much till i forget how to love my self...

if i could turn back time,
i will love you without any hesitation..
i will love you without any doubt.
i will love you...

cos i love you..
i always love you..


Wednesday, November 11, 2009

untitled (44)

saat kecil,
tak ada yang pernah mengajarkan saya permainan ini.
permainan yang satu ini.
permainan yang paling sulit, 
yang paling intens yang pernah ada.

permainan hati.

tak ada yang pernah bilang kalau saya harus menang
karena rasa kalahnya,
tidak seperti rasa kalah bermain kelereng
atau rasa kalah bermain wii.
rasa nya tidak sedikitpun mendekati rasa kalah bermain monopoli.
rasanya lebih dari itu.

tak pernah ada yang memberi tau saya kalau tidak semua permainan akan saya menangkan.
dan ini salah satu nya.
saya tidak akan pernah menang dalam permainan yang satu ini.

kalah.
1 vonis.
kalah.

saya kalah.
meski orang bilang saya tetap menang kalau dilihat dari sudut lain,
saya tetap kalah.

dan ngga pernah ada juga yang bilang kalau kekalahan yang ini
rasanya menyakitkan.
ngga pernah ada yang memperingatkan saya kalau rasa sakit ini sungguh menyesakkan.

ya.
kalah.
saya kalah....

Monday, October 19, 2009

untitled (43)

saya ingin menangis kencang- kencang supaya rasa pongah ini hilang melayang terbang.
saya ingin menjerit- jerit kuat- kuat supaya rasa kebas ini menguap bagai disulap.
bagia dikukung kerangkeng,
diri berang tak dilarang tak mampu serang.
saya benci jadi diri ini,
hingga ingin rasanya menghilang,
ikut terbang,
setiup angin puting beliung.

untitled (42)

pedih. perih. sesak. miris.
berlalu.
pergi.
tapi tak akan hilang.

kamu.
pergi.
juga tak akan hilang.

aku.
tak pergi.
tapi seolah menghilang.

dia.
tak nyata.
tapi ada, juga tak hilang.

dia.
nyata.
tapi tak ada juga, seolah menghilang juga.

kasih. rasa. sayang. cinta.
pernah ada.
telah berlalu.
tapi tak mau pergi.
tak mau hilang.
tak mau jadi bagian fiktif.

kita.
tak pernah ada.
tak pernah berlalu.
tak pernah nyata.
tapi tak pernah hilang, meski entah nyata entah mimpi.

mimpi.
ntah ada, ntah tidak.
ntah nyata, ntah tidak.
ntah pergi, ntah tidak.
ntah berlalu, ntah tidak.
ntah terlupakan, ntah tidak.

kisah.
ada.
nyata dan tidak nyata,
berlalu dan tidak berlalu.
terjadi dan tidak terjadi.
tidak terlupakan.

kenyataan.
tidak pergi.
tidak berlalu.
tidak hilang.
tidak ada.
tidak terjadi.
tidak nyata.

untitled (41)

Mungkin saya adalah pembohong terburuk dari semua yang ada.
Tapi mungkin juga justru pembohong yang paling hebat.
saya sudah tak lagi tau, tidak lagi paham, tidak lagi bisa bedakan.
semua kalimat meracau- racau menyatu antara nyata dan fiktif,
antara riil dan imajinasi.
Terlontar membuncah kepermukaan,
ditelan bulat- bulat oleh manusia lain yang bertingkah yakin yang ditelannya nyata meski mungkin semua justru hanya dusta.
Dan bagian ter-edan-nya sudah bukan saya melontar dusta,
tapi saat saya tak lagi sadar saya menyuara imaji penuh bohong nan fiktif.
saat saya tak lagi mampu rasakan setitik ngilu di ulu hati terlanda badai perasaan bersalah waktu mulu berujar yang tak lagi nyata.
ahh...
sudah bukan aku diri ini.
saya telah menghilang seiring hilangnya segala rasa dihati,
saya jadi berbeda sejurus denga perginya semua kenang yang ada.
saya bukan lagi saya.
saya telah menghilang diantara kebohongan,
ditelan imaji,
tenggelam dalam fiktif,
terdampar dusta.
maaf, saya tak lagi tau mana yang nyata yang keluar terlontar dari mulut ini,
saya tak lagi mampu bedakan mana rasa yang sebenar- benarnya atau yang hanya saya buat- buat dihadapan kamu.
saya bahkan tak lagi tau apakah kamu nyata atau hanya bagian dari imaji saya...

Wednesday, September 9, 2009

untitled (40)

"aku ngga kepingin sepuluh... duapuluh tahun lagi dari sekarang, aku masih merasa sakit di sini tiap kali ingat kamu"
Perahu Kertas - Dewi 'Dee' Lestari

setelah baca kalimat tersebut, sontak air mata netes ngga tau datangnya dari mana. seolah ada segumpalan kenyataan yang menggelitik saya, menyebarkan panas ke mata dan bikin air mata terus menetes sehingga perlu menutup buku sebentar, takut ketetesan air mata.
ah, saya jadi cengeng sekali nih, baca buku saja menangis.
tapi entah mengapa,
saya merasa kalimat itu seolah merangkum semua nya.
merangkum semua keragu- ragu an yang ada. semua ke tidak mampu dan ke tidak mau an yang saya punya. semua ke tidak rela- an yang selama ini ada.
ya, saya tau saya sudah janji untuk tidak lagi bicara soal dia.
saya juga sudah berjanji untuk tidak lagi menangis karena dia. eh tunggu, saya tidak menangis karena dia, saya menangis karena buku itu, dan karena diri saya sendiri. hehe...
tapi saya rasa nya tidak bisa tidak bicara soal dia kali ini.

saya memang sudah merelakan kalau memang tidak bisa bersama,
saya memang sudah mulai mampu merelakan kalau saya harus cari orang lain untuk disayang, dan harus rela dia cari orang lain untuk disayang.. hahaha...
tapi, semakin saya coba pahami, sejujurnya saya takut.
saya takut menyesal. saya takut kalau nanti saya menyesal.
sebagian dari diri saya sebenarnya takut tidak mampu melupakan.
sebagian lagi takut tidak akan pernah lupa.
tapi ada pula bagian yang memang tidak ingin melupakan apapun.
tapi saya juga takut seperti kugy (tokoh dalam Perahu Kertas). saya juga tidak mau kalau nanti sepuluh tahun, duapuluh tahun yang akan datang, saya akan tetap ngerasa sakit setiap kali ingat dia.
saya tidak mau sampai sepuluh, duapuluh tahun yang akan datang, saya masih menangis diam- diam kala ingat dia.
saya tidak mau sampai nanti sepuluh, duapuluh tahun yang akan datang saya masih bertanya- tanya apa cerita nya akan berbeda kalau saya sedikit lebih keras berusaha untuk dia...
saya tidak mau menyesal.
hanya itu.
saya takut menyesal.
saya takut saya nanti akan bertanya- tanya "bagaimana kalau?"
saya takut saya masih terus mengingat rasa nya bersama dia
karena mengingat rasa- rasa bersama dia hanya bikin saya ingat kalau saya masih mau dia.

Saturday, August 1, 2009

untitled (39)

seperti penjajah, tak habisnya kuras daya negri jajahannya
seperti lintah, tak habisnya sedot darah inang hingga kerontang
seperti lumpur hisap, tak habisnya hisap siapa saja yang menjejak.
beratus hari berdiam,
membiarkan diri terserap,
sampai sebuah titik lemah tak berdaya membangunkan
berdiri menegak meski kaki gemetar, hati menggeletar, jiwa menggegar
berdiri angkat diri.
usir penjajah,
lepaskan diri dari lintah,
angkat tubuh dari lumpur hisap.
andai ada yang tau sulitnya.

diri menggirang atas pikir telah bebas.
tapi dirasa- rasa, ntah mengapa malah memerih.
sisa- sisa lebam semakin mengilu
sisa- sisa luka semakin pedih
malah berandai andai tak lepaskan diri saja.
sakitnya tak sesakit sekarang.

butuh berpuluh hari
bikin diri buang candu
candu rasa sakit yang selalu ada.
berpuluh malam bikin diri bersih dari perih pedih yang tersisa.
jadi bisakah kamu jangan lagi ada disini?
jangan buat aku mencandu sakit lagi?

Friday, July 31, 2009

untitled (38)

i ain't said that i stopped loving you.
i just starting to face the reality of us not being able to be together anymore..
so,
would you mind to minimize the circumstances that had a chance to make me want you anymore?

untitled (37)

sudah bukan lagi perihal aku masih ada sisa hati
sudah lagi bukan masalah aku ingin bersama
tapi perkara kerela-an.
rela sudah hati tak bisa bersama.
rela sudah diri kalau memang tak mungkin berjajar bersebelahan.
melupa terdengar mustahil.
jadi coba merela saja...

Tuesday, July 28, 2009

untitled (36)

maybe it's better for you not to come around me anymore.
maybe it's better for you to disappear...
maybe it's better for you to go cruel to me...
because how it possible i can handling my self if you still around me?
how it be possible for me to handle my self if you still here treat me like there's nothing happen?
how could it be possible for me to let you go if you still act like it was yesterday, like it was one of our happy day?
and how it is possible for me to stop this stupidity called waiting if you still wandering around like you do want to be waited?

Monday, July 27, 2009

untitled (35)

seolah kecanduan.
disuntik berjuta kalipun, candu nya tak akan hilang.
malah semakin candu.
sejak mula sudah paham.
tapi pura- pura tak paham. ntah nekat, ntah bodoh.
bukannya bernyaman- nyaman,
bertenang- tenang,
malah nagih huru- hara, bikin luka lama koak semakin lebar.
diiring lelagu perih, mata memerih, memerah. merah. perih.
jatuh. terjatuh.
tersungkur. menyungkur.
tak sanggup keluar air mata, mata hanya meradang.
berlagak tegak, padahal sudah mau tumbang sekali tiup.
berujar terakhir padahal hati bicara lain.

Monday, July 6, 2009

untitled (34)

entah berapa ratus hari yang lalu,
dia menggenggam jemariku di dalam saku jaket hoody nya, menatapku dengan sepasang mata yang beberapa waktu terakhir sudah jarang menatapku, dan bernyanyi pelan mengikuti lagu yang mengalun,

"maybe i didn't treat you, quite as good as i should have...
maybe i didn't love you, quite as often as i could have...
little things that i should have said and done, i just never took the time...
you're always on my mind... you're always on my mind...
maybe i didn't hold you, all those lonely- lonely time...
and i guess i never told you, i'm so happy that you're mine...
if i made you feel second best, girl, i'm sorry i was blind...
you're always on my mind... you're always on my mind..."

bernyanyi seolah dia memang mengatakan semua itu padaku, bernyanyi seolah dia memang bernyanyi untukku.
tanpa peduli ada siapa- siapa disekitarmu, kamu tetap genggam tangan aku didalam sakujaketmu, dan tetap bernyanyi sambil tatap aku.
kamu lalu berkata, "aku bakal bikin kamu seneng...".
dan aku percaya. ya, aku percaya.

entah berapa ratus hari yang lalu aku percaya.
tapi hari ini, entah berapa ratus hari setelah hari itu,
aku tak lagi mampu percaya.

Friday, July 3, 2009

untitled (33)

serpong, tiga puluh tiga hari yang lalu...

--

aku bilang "jangan kelamaan ngga mau punya pacarnya. apa ngga kasian sama aku yang nungguin kamu?"
kamu bilang "aku kasian kamu kalo kamu sama aku.."
alasan paling basi sedunia buat bilang kamu ngga mau aku lagi.

aku bilang "apa ngga lebih kasian sama aku sekarang?"
kamu bilang "aku kasian sama kamu sekarang, dan nanti. jadi aku ngga bisa jadian sama kamu..."
sumpah! kamu nih ngga pinter banget deh cari alasan yang lebih baik buat bilang kamu ngga lagi mau aku.

kamu bilang "kita udah far beyond relationship. kamu udah lebih dari pacar..."
aku ngga mengerti.

aku tanya "jadi kamu mau apa?"
kamu jawab "ga tau..."
kamu selalu ngga tau apa- apa. kalau kamu aja ngga pernah tau apa- apa, lalu bagaimana aku bisa tau?

aku tanya "jadi kamu mau kita begini terus?sampai kapan?sampai bosan?sampai kamu dapet cewe lain?sampai aku dapet cowo lain?"
kamu jawab ngga untuk semua pertanyaan.

lalu aku tanya lagi "jadi kamu mau udahan semua nya?"
kamu lagi- lagi jawab ngga.

aku masih saja bertanya "jadi aku harus gimana? setidaknya bilang sampe kapan aku harus tunggu kamu?"
dan kamu pun menjawab "jangan tunggu aku lagi..."
akupun semakin bingung apa mau kamu.

kamu bilang "sayang banget sama kamu jadi ngga bisa jadian sama kamu karena semua nya bakal berubah.."
lalu kamu bilang lagi, "ngga mau km hurt. karena itu. ga mau kamu sakit lagi aja..."
dan aku bilang "aku ngga perduli ntar nya gimana. even if being with you is hurt me even more... aku ngga peduli..."
lalu aku bilang lagi, "kalo aku ngga mau sakit udah dari dulu aku ngga sama kamu. udah dari dulu aku pilih sayang sama orang lain..."

dan kamu pun bilang "AKU GA PEDULI KAMU GA PEDULI"
tapi aku juga ngga peduli kalo kamu ngga peduli aku ngga peduli.

ntah kamu marah,
ntah kamu hanya ingin aku pergi,
atau kamu memang sunguh- sungguh.
kamu bilang "aku males sama kamu.."
aku yang dari awal sudah menangis tambah menangis membaca kalimat itu.
tapi dasar si otak dungu, masih saja bertanya "kamu masih mau aku atau ngga?"
dan kamu menjawab "ga."
aku cuma bisa senyum, dan bilang "have a nice life" ke kamu. lalu menambahkan "bye" di akhir sms.
kamu bilang "ga mau pacaran. cuma jadi temen aja.."
aku pun menjawab "mending ngga usah sama sekali. jadi temen cuma bikin aku mau kamu. jadi mending ngga usah. lagi pula, teman model apa yang kissing each other? cuddling each other? yang pasti bukan aku dan teman- temanku. mungkin itu kamu dan teman- teman kamu..."

dan kisah kita pun berakhir di sini nampaknya...

--
hari ini?
di postingan tak berjudul ke tiga puluh tiga,
hari ke tiga puluh tiga setelah semua drama ini terjadi,
aku menobatkan kisah ini sebagai sebuah drama saja, bukan lagi realita.

Friday, June 26, 2009

untitled (32)

Mendendang dendang pedih, perih.
Berkisah kisah miris, sadis, tentang tangis.
Diiring lelagu, melantun cerita sedih.
hanya tawa gantung yang tertinggal sementara tangis tak sanggup lagi dimunculkan.
Merindu rindu segala rayu cantik manis yang sempat buat diri tersenyum senyum sampai menangis nangis.
Mengharap harap hilang sajalah semua rasa bercokol terlalu nyaman dalam hati, biar lupa, biar berhenti sudah diri ini mengeluh pedih.

Wednesday, June 24, 2009

untitled (31)

Kering sudah air mata,
Tak lagi tersisa untuk menetes,
Meski hanya setetes.
Pedihnya terlalu perih,
Menangis pun tak lagi cukup,
Masih tetap teriris miris.
Seperti bongkah batu memampat,
Mengganjal hati di dada,
Menyumbat kerongkongan.
Sempat terpikir hanya tak mampu dan tak mungkin yang ada.
Dan nyatanya?
Ketidak mungkin mampuan memang benar ada.
Tapi semua paksa agar mampu.
Sekarang,
Jangankan melupa perih, melupa kasih,
Mengeluarkan setetes air mata saja tak lagi mampu..

Monday, June 22, 2009

untitled (30)

Hari jadi.
Enam hari sebelum hari jadi itu tiba.
Bukannya bersemangat seperti orang- orang lain ketika usianya akan bertambah,
aku malah ketakutan ingin lari jauh, sejauh mungkin, secepat mungkin, kalau mungkin.
Takut semakin tua tanpa bisa semakin dewasa,
Cemas membayangkan satu tahun lagi diawali mata berkaca atau bahkan benar- benar meneteskan air mata.
Khawatir tahun berikutnya hanya akan kembali sia- sia, terbuang- terbuang, masih saja tak bermakna..
Aku bukan benci hari jadi,
Bukan benci ulangtahun,
Hanya takut.
Jadinya enggan..

Saturday, June 20, 2009

untitled (29)

Ku tulikan telinga ku, karena dia,
agar aku tak perlu lagi dengar apapun dari dia, tentang dia.
Ku butakan mata ku, karena dia,
agar aku tak perlu lagi lihat dia, tentang dia.
Ku matikan semua rasa ku,
karena dia,
agar aku tak perlu lagi merasakan dia, tentang dia.

Tapi tetap, aku belum sejagoan dia.
Tanpa menulikan telinga,
Tanpa membutakan mata,
Tanpa mematikan rasa,
Aku telah hilang dari hati, otak dia.

Aku.
Masih saja sibuk berkutat usaha hilangkan dia dari hati, otak.
Semua karena tak mungkin lagi kembali.

Tapi,
Kalau tak mungkin lagi kembali,
Kenapa pula masih di ingatkan?

Wednesday, June 17, 2009

untitled (28)

bukan sekali kita saling mengucap selamat tinggal.
bukan sekali aku berkata benci kamu dan mohon kamu pergi dan hilang total saja dari hidupku.
bukan sekali aku berkata enggan lagi berhubungan dengan mu.
dan jelas bukan sekali aku memaknai dekapmu sebagai dekap terakhir.
bukan sekali pula aku memaknai kecupmu sebagai kecup terakhir.

sedari tadi aku coba ingat mana yang terakhir kali.
bukan karena ingin ingat kamu, tidak.
tapi karena aku hanya ingin mengingat. sekali saja. terakhir kali.
mengapa yang terakhir dikala yang lain mengingat yang pertama?
karena aku sudah jauh lupa yang pertama.
oleh karena nya selama ini aku selalu memaknai setiap dekapmu mungkin jadi dekap terakhir.
tapi kemarin, kali ini, aku salah perhitungan.
aku lupa memaknai nya sebagai yang terakhir.
pertemuan terakhir.
genggaman terakhir.
dekapan terakhir.
kecupan terakhir.
kukira itu semua tak akan jadi yang terakhir.
dan aku pun mencoba mengingat setiap detilnya,
supaya aku ingat itu yang terakhir dan tak lagi rindu dan inginkannya lagi.

Sunday, May 31, 2009

untitled (27)

Serpong, 2009

dari banjir air mata sampai kering mata ini cuma bisa tatap nyalang ke depan, gonta ganti channel tv tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya sedang ditayangkan. kepala berdebum- debum serasa disepak bolak- balik oleh serentet pemain bola. ingin lari kencang, kemana saja asal tak dikamar ini, dikamar yang tiap sudutnya cuma bikin aku semakin mau gila..
aku lebih rela tidur di dipan teras rumah daripada diatas kasurku ini sebenarnya. aku takut terlalu nyenyak dan jadi gila ketika bangun. aku takut bermimpi terlalu indah dan enggan bangun ketika sudah waktunya. aku takut tidur terlalu nyaman dan jadi ringkih ketika dihantam.
bukan sekali dua aku patah hati.
bukan sekali dua aku patah hati karena dia.
tapi masih saja serasa mulut rakus berbau busuk mengunyah aku sampai nyaris lumat tak berbentuk rasa- rasa nya. masih saja aku mau menangis histeris sambil menjerit tanpa takut membangunkan tetangga sebelah.
tapi aku tentu saja hanya duduk diam disudut, pojokan kamar, diam, menahan air mata supaya tak jatuh karena diriku erlalu gengsi buat membiarkan diri ini menangis meraung karenanya.
diri ini terlalu sombong untuk mengaku aku sedih begitu perih karena dia.
diri ini terlalu kuat untuk jadi benar- benar kuat.
dan diri ini terlalu marah untuk bisa menentukan masih sayang atau sudah membenci dia-kah aku...[rei]

Saturday, May 23, 2009

untitled (26)

Jakarta, 2009

Aku rindu dia.
ya..
Tak terbantahkan aku rindu dia.
Biar kata semua bilang diri tak berotak cenderung imbisil harap lelaki macam dia, 
Aku tak lah menggubris.
Aku tetap rindu dia.
Bagai berjuta untai benang jerat diri tak bisa lari, 
tak bisa lepas,
tak bisa bohong.
Aku rindu dia.
Meski dia tak rindu aku,
Aku tak lah perduli.
Aku tetap rindu dia bagai sekumpulan lalat jahat mengganggu hari.
Biarlah aku rindu dia,
'toh sebagai bukti aku tak lagi bersamanya.
'toh sebagai bukti tak ada lepas rindu.
ya jadi,
biarkanlah aku merindu.
Mungkin saja esok aku tak lagi rindu dia.
Jadi biarkanlah aku rindu dia kali ini.
Rindukan semuanya.
Perihnya sisa kecup saat dia menghilang,
Sesaknya jejak dekap saat dia merindu yang lain,
Sakitnya bekas genggam saat dia tak lagi genggam aku.
Biarkanlah aku rindukan dia kali ini.
sekali ini. [rei]

Monday, May 11, 2009

untitled (25)

Jakarta, 2009

Ingin berkata, 
berucap, berujar,
bersua dalam untai kata.
menyampai rangkai kata tentang keluh yang tercerabut, berpuntal jadi satu.
menyuarakan rindu yang setengah mati ditepis,
dan mati- mati an disembunyikan agar sumber rindu tak tau.
bercuap perih yang tak kunjung reda karena bukannya dibiarkan mengering,
malah dikoyak semakin dalam.
menyampaikan kasih yang nampak tak dibalas,
meski sesekali ilusi mengelabui diri sehingga diri merasa dikasihi.
sekejap.
sejenak.

Thursday, May 7, 2009

untitled (24)

Jakarta, 2009

Duduk diam diujung sana menahan rindu agar tak landa diri. Meski tau usaha sia- sia belaka, tapi tetap berkeras tolak rindu yang sergap hati.
Terbata merangkai kata cuma untuk ungkapkan rasa. Meski sadar kalimat terangkai tak didengar, tapi tetap usaha ucapkan ungkapan rasa.
Terduduk diam. Nyaris terlelap. Tapi kemudian kembali terjaga.
Hati dirongrong rasa asing yang tak lagi asing.

Tuesday, May 5, 2009

untitled (23)

Jakarta, 2009

merindu.
ya merindukan kamu.

menanti.
ya menantikanmu bilang kamu juga rindu aku.

menunda.
menunda mencari kamu agar kamu cari aku duluan.

bertahan.
bertahan berjauhan agar kamu menyadari kejauhan ku dan mencoba menggapaiku kembali.

berdiam.
selalu aku berdiam diri tak mau bilang aku kangen karena gengsi ku selangit.

untitled (22)

Jakarta, 2009

Kalau aku bilang aku belum lelah berjalan seperti ini dan kamu percaya,
artinya aku pembohong yang luar biasa hebat dan kamu bodoh luar biasa.
kalau aku bilang aku tak lelah berjalan seperti ini, dan berkata "aku tak lelah dan akan terus berjalan",
artinya aku sedang mencoba meyakinkan diri untuk terus berjalan.
tapi kalau aku bilang aku telah lelah berjalan seperti ini dan aku menyerah dan aku ingin berhenti berjalan,
mungkin ada baiknya kamu periksakan aku ke dokter jiwa terdekat. siapa tau aku sudah terganggu pikirannya.

aku memang lelah berjalan.
tapi aku tak akan berhenti.
tidak akan menyerah. 
tidak akan berhenti berjalan.

aku hanya akan duduk.
istirahat sejenak.

hela napas. hembus napas.

coba hilangkan penat meski yang lenyap hanya setitik.

lalu kembali bangun, melangkah dan melanjutkan berjalan... [rei]

untitled (21)

Jakarta, 2009

lama tak berkata,
menari lincah dalam kata.
menguntai dendang lewat gerak gemulai ujung pena yang tergores di atas hampar putih sebuh kertas.

lama tak berkisah,
bercuap- berceloteh dalam kisah.
mencerita kejadian dalam rangkaian kalimat- kalimat yang dibumbui oleh sebakul kata pemanis meski ironis karena kisahnya pedih, perih, sadis, tak manis.

lama tak bersua,
bersua dalam kata dan kisah.
bertatap jiwa dalam sebuah kisah maupun kata.
tangan gatal seolah merindu mengurai kata, tapi sayang kisahnya tak kunjung datang.

tanpa sebuah kisah, lalu apalah arti serangkaian kalimat- kalimat ini sedari tadi? [rei]

untitled (20)

Jakarta, 2008

Di luar hujan.
Rintiknya kembali cambuki lantai bumi. cipratannya jilati setiap permukaan yang ada.

Di luar bising.
Banyak gemuruh bersaut. bunyi riuh rendah layaknya sebuah pesta. atau sebuah raungan pedih?

Di sini sepi.
Seakan begitu jauh dan terasing dari sunia luar meski hanya dibatasi selembar kaca yang kini telah basah.

Kilat saling sambar.
Seolah saling bercengkrama. ledek manusia yang ketakutan akan cantik gemuruhnya yang belah langit.

bagiku,
sempurna itu hujan.
ada gemuruh ramai, 
ksedihan kelam,
kesejukkan,
serta dingin yang buat seluruh persendian ngilu.

ya.
hujan itu sempurna.
peristirahatan jiwa lelah tertimpa sinar mentari.
pembasuhan peluh kotor.
menyamarkan tetes air mata. [rei]

untitled (19)

Jakarta, 2008

Mata ini ngantuk berat sudah hendak tertutup.
tapi pikir masih melayang- layang. buat diri lagi- lagi terjaga.

jujurnya, hati ini lelah mencinta.
bosan sudah berikan rasa tak dibalas.

tubuh ini mulai jengah.
rindu rengkuhan palsu yang hangatkan jiwa renta sesaat.

nafas terasa memberat. seolah diri terburu.
denyut terpacu cepat. diri ini gelisah.
jiwa ini meradang.
ketika tanya terlontarm bukan jawab terharap yang kudengar.

nafas kembali terhela.
mempertanyakan model hidup macam apa yang kujalani.

gebukan pada bongkah hati bikin semua pecah.
hantaman pada akal sehat bikin diri lengser.
tersungkur jatuh. melelah. mengeluh.
berkeluh kesah pada dunia. pada gelapnya malam.

hanya kecewa yang tersisa.
menanti dan sia- sia. [rei]
Jakarta, 2008

lagi- lagi hujan.
tapi kali ini, bukan sekedar air mata langit.
tapi nampaknya langit menangis bahagia.

manusia gegap gempita mengirim segala macam terang kembang api.
buat langitku yang biasa kelam jadi warna- warni.
buat langitku yang biasa sepi sontak ramai riang sorak sorai bikin diri semakin ciut kesepian. [rei]

untitled (18)

Jakarta, 2007

gelap rasanya semakin akrab denganku seolah aku memang sang jahat.
kelilingku makin pekat tak bisa buatku lepas dengan mudah.
aku bosan.
aku nyaris gila.
semua makin edan.
tempatku tidur serasa sarang naga. tak hentinya semburkan api. panas menyala.
tempatku tertawa layaknya kandang lintah. serap habis darahku. perlahan.
tempatku berpijak. tak lain ialah neraka jahanam.
kantuk merongrong. tapi otak enggan istirahat.
berjuta- juta atom perihal berdesak minta dibahas oleh otak yang serasa tak mampu lagi bekerja. lelah cenderung depresi.
mulut mengumpat lancar bak pecut.
hati takut menggeletar.
otak kalut tercarut. berdenyut- denyut menohok.
lama- lama tersungkur juga aku ini di sudut.
meringkuk gemetar.
takut.
dan tak sadar setitik air mata menitik.
dada ini sesak.
koyak tak rasa bahagia.
otak meradang.
menggeletar mau marah tapi tidaklah berhak.
bertanya- tanya dalam hati.
bertanya- tanya entah kepada siapa.
apa tak layak diri ini bahagia? [rei]

Sunday, May 3, 2009

untitled (17)

Jakarta, 2009

Kalau aku bilang aku sedih,
Artinya seperti ada sebongkah batu menyumbat tenggorokanku.
Artinya seperti ada tangan- tangan ekstra meremas hatiku sampai ciut.
Artinya seperti ada berpuluh jarum peniti menusuk- nusuk ulu hati.
Artinya ya aku benar- benar sedih.

Kalau aku bilang aku tak sanggup lagi,
Artinya menghela napas pun terasa begitu berat.
Artinya berdiri tegak pun terasa begitu sulit.
Artinya menggerak bibir untuk tersenyum pun terasa begitu menyiksa untuk dilakukan.
Artinya aku benar- benar tak sanggup lagi.

Kalau aku bilang aku lelah,
Artinya aku telah lelah berjalan.
Artinya aku telah lelah menanti.
Artinya aku telah lelah berusaha untuk kamu.
Artinya aku benar- benar sudah lelah akan kamu.

Kalau aku bilang aku bosan,
Artinya aku bosan tak pernah bahagia.
Artinya aku bosan menanti kamu buat aku bahagia.
Artinya aku bosan dengan keadaan ini.
Artinya aku bosan menyayangi kamu.. [rei]

untitled (16)

Jakarta, 2007

Aku muak dengan hidupku yang tak pernah jauh dari suram dan selalu jauh dari riang.
ceria semu yang terlanjur manja kan diri bikin diri ini jadi ringkih dan langsung pecah ketika terhempas.
sekitarku seakan tak pernah puas gerogoti diri ini sampai lemah tak berenergi.
serasa lintah yang tak pernah puas sedot darah sampai kerontang pada diriku.
aku ini manusia.
bukan manusia baik memang,
tapi punya hati dan bisa rasa sakit.
meski seringkali hati ini serasa beku kadang mati rasa, 
tapi ada kalanya bisa rasakan rasa seutuhnya, depresi berlebih, dan ingin akhiri semuanya supaya bisa berhenti dengar cuapan laknat orang- orang keparat itu. [rei]

untitled (15)

Jakarta, 2009

Aku tau kamu benci ditanya.
Aku tau kamu benci ditanya-tanya oleh aku.
Aku tau kamu benci aku selalu tanya-tanya.
Kamu bilang kamu lelah jawab.
Kamu bilang kamu bosan dengar pertanyaanku yang selalu ku ulang.
Kamu bilang kamu benci ditanya.
Jangan kamu pikir aku tidak lelah.
Aku juga lelah.
Lelah bertanya dalam hati.
Bertanya pada diri sendiri.
Bertanya pada kamu.
Bertanya dan tak dapat jawaban apa-apa dari kamu.
Lelah mengulang pertanyaan.
Tapi semua ku ulang karena kamu tak pernah beri jawaban.
Semua ku ulang karena kamu berubah.
Berubah bikin aku takut jawabanmu yang dulu ikut berubah.
Lagipula apa salahnya jawab aku?
Apa salahnya jawab pertanyaanku sesekali?
Apa salahnya buat aku tau pasti?
Kamu bilang kamu lelah.
Kamu tak pernah tau seberapa lelahnya aku..
Kamu mau aku berhenti bertanya.
Aku mau kamu berhenti menghilang.
Tapi kamu tetap menghilang tinggalin aku.
Jadi kenapa aku harus berenti bertanya ke kamu? [rei]

Saturday, April 25, 2009

untitled (14)

Jakarta, 2006

setelah hengkang sesaat dari perguliran rutinitas panjang yang memuakkan, diri ini harus kembali mencemplungkan diri ke dalam sekeranjang penuh kebosanan akan sebuah rutinitas yang selalu sama.
keluh kesah, desah panjang, terdengar hampir di setiap sudut, protes akan direnggutnya kemalasan masing- masing karena esok, semua akan kembali dalam aktifitas bosan yang selalu sama.
aku tertawa.
tapi bukan karena senang.
aku tertawa,
karena aku ingin tertawa.
mencicipi kebebasan rasa malas terakhir sebelum semua direnggut paksa, sebelum semua terbatasi aturan- aturan buatan ga berguna dan bodoh. aturan- aturan bodoh yang memasung segerobak penuh pemberontakkan insan- insan yang haus akan kebebasan dan membodohi sekeranjang manusia yang jadikan mereka terlalu nyaman di dalam goa ondel- ondel mereka.
lagi- lagi aku tertawa.
merasakan sedikit gejolak hidup ditengah maraknya kestabilan emosi manusia yang terus- terus bosan dan akhirnya berubah jadi penuntut buas dan rakus. gerogoti terus kerangka hidup, buat yang lain takut, dan buat aku kembali tertawa. [rei]

Wednesday, April 22, 2009

untitled (13)

jakarta, 2006

melintang aku di pulau melintang.
tempat aku bermimpi tentang bintang.
bintang cantik, bebas tersebar tanpa kekang.
melayang- layang terbang
bebas menari riang
tanpa tekan menghantam tulang.
lutut bertekuk, luluh lantak, jiwa berang
kala hidup ini melintang tersesat jurang
jauh dari bebas riangnya sang bintang.
jahanam betul sang bintang.
ledek diri renta yang meriang
tanpa sedikitpun niat kembali ke sarang
karena tampak terlalu nikmat merongrong jiwaku yang berang.
hahhh! melintang lagi aku di pulau melintang.
bersama kawan ikut melintang.
merajai pulau melintang
coba hilangkan berang dan kenang
supaya hilang mimpi tentang bintang
yang hanya buatku tambah berang,
dasar bintang jalang di pulau melintang! [rei]

Saturday, January 10, 2009

untitled (12)

Jakarta, 2006

aku ini hanyalah bayang semu kehidupan.
sedangkan hidup itu sendiri ialah kumparan bayang semua dari segerombol karbon hidup yang tiap hariannya jalani rutinias panjang.
seolah ingin pecah sudah kebosanan yang terkukung karena kehampaan tak berbatas dalam harian hidupku.
selalu hak yang sama bercokol menggelayut ditiap sendi tubuh dan jiwaku, lahirkan kejemuan dasyat yang sombong karena kerap ingin tunjukkan eksistensinya dengan ke intensitasan nya serang aku.
cuh!
aku jadi jijik dengan diriku sendiri yang selalu sibuk bercuap tentang perubahan, tetapi tetap tak punya perubahan. tetap rutinitas panjang membosankan yang selalu sama ditiap detik perjalananku.
kebosanan yang terkombinasi manis dengan sepi seolah tak habisnya gerogoti aku. meluluh lantakkan tiap gerakku yang seakan hanya kehampaan tak bermakna dan tak berarti.
terus- terusan aku diserang segala dera sampai kini aku seakan mati rasa, kebal akan tiap rasa kecuali sepi dan hampa.
semakin hampa karena kini tiap harianku tanpa emosi.
semakin bosan karena kini tiap harianku hanya berisi kedataran yang kosong. hampa. dan malas.
kedataran ini seakan timbulkan euforia baru yang semu karena ternyata aku tak hanya tidak mampu merasakan pedih, tapi juga tak mampu lagi rasakan manis hidup.
aku kini hanya mampu tatap nanar kedepan, menonton tiap insan yang mempertunjukkan ceria ingar bingar hidup sambil terus- terusan menerbangkan rasa yang tak bisa lagi kurasakan ke awang- awang 'tuk ikut berdesakkan meramaikan suasana.
bosannya aku ini dengan jajaran rutinitas panjang hidup norak yang terus tuntun aku tenggelam sibuk tetap dengan segala kekonstanan yang sama. stagnan.
hanya ini jalanku. caraku tunjukkan berontakku. cara lepas diri dari hampa.
dan hanya inilah tempatku tak lagi merasa hampa karena kehampaan ini nampaknya bisa jadi hiburan untuk kalian... [rei]

untitled (11)

Jakarta, 2006

mataku kembali berkeliar liar merajai tiap sudut sempit kubus tempat kuberkubang.
kubangan paling mewah yang pernah ada dengan berjuta- juta kenangan terukir dan terekat cantik di dalamnya.
kembali aku terbengong sendiri dalam kamar gelapku ini.
mohon kantuk datang sergap aku.
bukan kantuk yang datang, tapi malah segala kenang yang berseliweran di hadapanku.
seolah- olah menggoda aku yang haus akan cantiknya hidup yang terpampang manis dalam tiap kenang di tiap sudut kamarku.
kesunyian malamku seolah menghantarku menejmput pagi saat kusadari hari telah berganti tanpa terselingi istirahat mata yang telah lelah menatap.
hhh....
hanya minta kantuk datang saja begitu sulitnya.
sampai- sampai aku mulai frustrasi karena kantuk tak kunjung berkunjung.
jadi sekarang ini aku menulis.
kembali menulis cerita tentang "aku".
seseorang pernah berkata bahwa aku hanya menulis tentang aku,
dari sudut pandang milikku,
juga dengan gaya bahasaku.
Dengan sangat jelas aku menyadari hal itu karena sebenarnya topik tentang akulah yang paling kukuasai, topik tentang diriku yang tak punya banyak kisah untuk dibagikan inilah yang paling kumengerti.
karena pada kenyataannya,
semua tulisan yang terhasil dari tarian gemulai jemariku di atas lemabar putih ini hanyalah sebuah curahan hati yang terpublikasi dan kebetulan dibumbui kata pengindah.
sama halnya dengan yang satu ini.
semua ini hanyalah curahan hatiku yang terangkai cantik dengan kalimat- kalimat pemanis.
dengan sibuknya jemariku berlenggang,
tetap tak hasilkan kantuk.
lemas oleh kedepresian kronis karena tak dapatkan kantuk buatku memutuskan 'tuk hentikan saha tulisanku ini.
biarlah jadi menggantung,
mengambang...
biar mata dan otak para penikmat kisah ini penasaran dan nagih tiap kisahku tentang mohonku supaya kantuk datang. [rei]

untitled (10)

Jakarta, 2006

pangeran gelap kembali lintasi sepi hariku,
coba tak usik hati yang terbuai keramaian semu
jiwa yang porak poranda.
berlenggang dengan kereta bintang,
dan tak lupa putri bulan mendampingi.
berlenggang lambat,
dalam harianku
yang tak sabar ' kan datangnya raja sinar agung
dengan kereta awan dan ratu mentari menemani.

asaku melayang terbang,
sampaikan pada pesuruh langit 'tuk percepat laju kereta waktu
supaya ikut hilang cepat senyapku.

terbang melaju ke permadani atas langit
sepiku yang nista buat keping jiwaku terhambur tak beratur
tercerabut dalam kubangan sepi nista yang buat tubuh nyata tak lagi dapat nikmati datangnya pangeran malam
atau sambut raja sinar.

sepi siksaku,
buatku tak lagi nikmati jajaran jalan panjang rutin yang selalu menanti 'tuk dilewati.

enggan lagi kurasa siksa yang begitu jahat.
oleh karenanya,
tarik renggutlah rantai siksa berlabel sepi ini
agar dapat lagi kunikmati jajaran kehidupan,
harumnya air mata langit,
manisnya embun,
cantiknya putri bulan,
dan takjubnya ratu matahari. [rei]

untitled (9)

Jakarta, 2006


Bagitu banyak hal- hal yang kontradiksi di dunia ini. Bagitu banyak hal- hal yang inappropriate di dunia ini. Dan begitu banyak hal- hal yang saling bertentangan tapi tercerabut jadi satu. Menyatu dengan sebuah jembatan bernama moderenisasi dengan wujud manusia sebagai budak.

Hal ini dikatakan sebagai akulturasi dan asimilasi oleh sebagian orang. Atau yang lebih mudah dimengerti, hal ini dikatakan sebagai pencampuran kultur- kultur budaya serta kebiasaan. Tapi kalau bagiku, itu semua ngga lebih dari sekedar topeng- topeng kesombongan.

Ya, atau bisa juga hal ini disebabkan oleh rasa toleransi yang sok ditumbuhkan dalam diri kita semua sehingga banyak hal yang saling bertentangan bisa bertengger aman dalam diri kita.

Contoh nyata kudapatkan tepat di hadapanku. Dimana aku melihat beberapa tante- tante baru pulang nge-gym lagi ngobrol sama personal trainer berbody mantap alias berotot sambil ngebul ngga berenti dan minum bir. What a life, huh? Oke, biar kujelaskan kenapa hal ini kukatakan sebagai pertentangan yang tercerabut jadi satu.

Pertama, saya mau bertanya apa sih gunanya kita fitness? Apa sih gunanya kita olah raga? Apa sih gunanya tiap berapa minggu sekali kita menyempatkan diri ke gym? Mungkin untuk sebagian orang, ini bagian dari life style... Tapi pada kenyataan sebenarnya, olah raga itu untuk kesehatan kan?

Lalu yang kedua, saya yakin semua orang menyadari, mengerti, memahami dan tahu betul bahwa rokok dan bir ataupun minuman yang mengandung alkohol itu jauh sekali dari yang namanya tubuh sehat, kesehatan.

See? Got the point?

Hal seperti inilah yang saya maksudkan sebagai kontradiksi dalam diri atau yang lebih saya suka sebut sebagai pertentangan yang tercerabut jadi satu.

What i’m tryin’ to say, betapa uniknya fenomena yang terjadi dalm kehidupan. Kalau udah begini, saya jadi berpikir, kalo hal yang sangat bertentangan aja bisa jadi satu di dalam penampang otak kita, kenapa dalam tampak nyata kita selalu tidak bisa menerima perbedaan dan pertentangan?

..Sebegitu egoiskah makhluk- makhluk yang menamakan diri mereka manusia? Memanjakan diri dengan kebiasaan hedonis, hanya terus- terusan mencari kepuasan diri serta pembenaran diri tanpa pernah mau menyadarkan diri dengan keidealisan tiap manusia?

Saya jadi kembali berpikir, mungkin inilah yang menjadi inti permasalahn tiap perkara di setiap sudut muka bumi. Dan inilah inti dari ke-chaos-an. Hal ini juga membuktikan bahwa benar adanya kalau manusia itu adalah chaos addict. Karena pada kenyataannya, pola pikir mereka dan pola tindak merekalah yang menyebabkan muncul dan terjadinya chaos.

Perbincangan seru sedang terjadi dalam otakku yang membuat tanganku sibuk ngga karuan sampai- sampai meninggalkan capuccino ku yang masih setengah gelas jadi dingin dan anyep.

Well, mungkin wujud chaos sebenarnya bukanlah panas seperti apa yang selama ini kuyakini. Tapi dingin. Dingin karena manusia- manusia seakan stop berinteraksi dengan yang lain dan hanya berinteraksi dengan otak dan hatinya sendiri coba menangkan ego masing- masing yang menyebabkan terjadi gesekan- gesekan, sentuhan- sentuhan, singgungan- singgungan bahkan ledakan- ledakan besar yang kembali bikin manusia yang tadinya berwujud chaos addict jadi makhluk sok idealis yang sok berusaha memperbaiki dunia padahal ngga bisa apa- apa kecuali bikin dunia tambah gila dan hancur.

Stop... stop... aku memerintahkan otak dan tangan untuk berhenti sesaat. Lalu aku berhenti...

Jeda...

Sedetik, dua detik, aku kembali menyesap capuccino ku yang sekarang udah bener- bener dingin. Meneguknya sampai habis. Hoeks... perutku bergejolak seakan ingin menolak, sama seperti perasaan saat apa yang kita yakini terkalahkan oleh sesuatu yang sebenernya lebih baik, tapi kita tetap yakin bahwa keyakinan kitalah yang benar. Untuk sebagian orang, itu dinamakan keegoisan, sebagian lagi bilang itu natural, tapi kalau bagiku semua itu adalah kesombongan masa muda yang indah...

Dan saya jadi menyadari satu hal. Bahwa bagi sebagian orang, semua hal yang tadi saya paparkan di atas adalah sebuah kesombongan yang indah. Sisa- sisa gengsi yang kita pertahankan demi dongkrak harga diri dihadapan orang- orang lain yang tak akan pernah memandang apa yang tak punya tingkatan atau level, karena tiap orang dibesarkan dalam buaian indah permainan yang memperkenalkan tingkatan level untuk mencapai life goal atau game over... [rei]
 
Header Image by Reigina Tjahaya