Mendendang dendang pedih, perih.
Berkisah kisah miris, sadis, tentang tangis.
Diiring lelagu, melantun cerita sedih.
hanya tawa gantung yang tertinggal sementara tangis tak sanggup lagi dimunculkan.
Merindu rindu segala rayu cantik manis yang sempat buat diri tersenyum senyum sampai menangis nangis.
Mengharap harap hilang sajalah semua rasa bercokol terlalu nyaman dalam hati, biar lupa, biar berhenti sudah diri ini mengeluh pedih.
Friday, June 26, 2009
Wednesday, June 24, 2009
untitled (31)
Kering sudah air mata,
Tak lagi tersisa untuk menetes,
Meski hanya setetes.
Pedihnya terlalu perih,
Menangis pun tak lagi cukup,
Masih tetap teriris miris.
Seperti bongkah batu memampat,
Mengganjal hati di dada,
Menyumbat kerongkongan.
Sempat terpikir hanya tak mampu dan tak mungkin yang ada.
Dan nyatanya?
Ketidak mungkin mampuan memang benar ada.
Tapi semua paksa agar mampu.
Sekarang,
Jangankan melupa perih, melupa kasih,
Mengeluarkan setetes air mata saja tak lagi mampu..
Tak lagi tersisa untuk menetes,
Meski hanya setetes.
Pedihnya terlalu perih,
Menangis pun tak lagi cukup,
Masih tetap teriris miris.
Seperti bongkah batu memampat,
Mengganjal hati di dada,
Menyumbat kerongkongan.
Sempat terpikir hanya tak mampu dan tak mungkin yang ada.
Dan nyatanya?
Ketidak mungkin mampuan memang benar ada.
Tapi semua paksa agar mampu.
Sekarang,
Jangankan melupa perih, melupa kasih,
Mengeluarkan setetes air mata saja tak lagi mampu..
Monday, June 22, 2009
untitled (30)
Hari jadi.
Enam hari sebelum hari jadi itu tiba.
Bukannya bersemangat seperti orang- orang lain ketika usianya akan bertambah,
aku malah ketakutan ingin lari jauh, sejauh mungkin, secepat mungkin, kalau mungkin.
Takut semakin tua tanpa bisa semakin dewasa,
Cemas membayangkan satu tahun lagi diawali mata berkaca atau bahkan benar- benar meneteskan air mata.
Khawatir tahun berikutnya hanya akan kembali sia- sia, terbuang- terbuang, masih saja tak bermakna..
Aku bukan benci hari jadi,
Bukan benci ulangtahun,
Hanya takut.
Jadinya enggan..
Enam hari sebelum hari jadi itu tiba.
Bukannya bersemangat seperti orang- orang lain ketika usianya akan bertambah,
aku malah ketakutan ingin lari jauh, sejauh mungkin, secepat mungkin, kalau mungkin.
Takut semakin tua tanpa bisa semakin dewasa,
Cemas membayangkan satu tahun lagi diawali mata berkaca atau bahkan benar- benar meneteskan air mata.
Khawatir tahun berikutnya hanya akan kembali sia- sia, terbuang- terbuang, masih saja tak bermakna..
Aku bukan benci hari jadi,
Bukan benci ulangtahun,
Hanya takut.
Jadinya enggan..
Saturday, June 20, 2009
untitled (29)
Ku tulikan telinga ku, karena dia,
agar aku tak perlu lagi dengar apapun dari dia, tentang dia.
Ku butakan mata ku, karena dia,
agar aku tak perlu lagi lihat dia, tentang dia.
Ku matikan semua rasa ku,
karena dia,
agar aku tak perlu lagi merasakan dia, tentang dia.
agar aku tak perlu lagi dengar apapun dari dia, tentang dia.
Ku butakan mata ku, karena dia,
agar aku tak perlu lagi lihat dia, tentang dia.
Ku matikan semua rasa ku,
karena dia,
agar aku tak perlu lagi merasakan dia, tentang dia.
Tapi tetap, aku belum sejagoan dia.
Tanpa menulikan telinga,
Tanpa membutakan mata,
Tanpa mematikan rasa,
Aku telah hilang dari hati, otak dia.
Aku.
Masih saja sibuk berkutat usaha hilangkan dia dari hati, otak.
Semua karena tak mungkin lagi kembali.
Tapi,
Kalau tak mungkin lagi kembali,
Kenapa pula masih di ingatkan?
Wednesday, June 17, 2009
untitled (28)
bukan sekali kita saling mengucap selamat tinggal.
bukan sekali aku berkata benci kamu dan mohon kamu pergi dan hilang total saja dari hidupku.
bukan sekali aku berkata enggan lagi berhubungan dengan mu.
dan jelas bukan sekali aku memaknai dekapmu sebagai dekap terakhir.
bukan sekali pula aku memaknai kecupmu sebagai kecup terakhir.
sedari tadi aku coba ingat mana yang terakhir kali.
bukan karena ingin ingat kamu, tidak.
tapi karena aku hanya ingin mengingat. sekali saja. terakhir kali.
mengapa yang terakhir dikala yang lain mengingat yang pertama?
karena aku sudah jauh lupa yang pertama.
oleh karena nya selama ini aku selalu memaknai setiap dekapmu mungkin jadi dekap terakhir.
tapi kemarin, kali ini, aku salah perhitungan.
aku lupa memaknai nya sebagai yang terakhir.
pertemuan terakhir.
genggaman terakhir.
dekapan terakhir.
kecupan terakhir.
kukira itu semua tak akan jadi yang terakhir.
dan aku pun mencoba mengingat setiap detilnya,
supaya aku ingat itu yang terakhir dan tak lagi rindu dan inginkannya lagi.
bukan sekali aku berkata benci kamu dan mohon kamu pergi dan hilang total saja dari hidupku.
bukan sekali aku berkata enggan lagi berhubungan dengan mu.
dan jelas bukan sekali aku memaknai dekapmu sebagai dekap terakhir.
bukan sekali pula aku memaknai kecupmu sebagai kecup terakhir.
sedari tadi aku coba ingat mana yang terakhir kali.
bukan karena ingin ingat kamu, tidak.
tapi karena aku hanya ingin mengingat. sekali saja. terakhir kali.
mengapa yang terakhir dikala yang lain mengingat yang pertama?
karena aku sudah jauh lupa yang pertama.
oleh karena nya selama ini aku selalu memaknai setiap dekapmu mungkin jadi dekap terakhir.
tapi kemarin, kali ini, aku salah perhitungan.
aku lupa memaknai nya sebagai yang terakhir.
pertemuan terakhir.
genggaman terakhir.
dekapan terakhir.
kecupan terakhir.
kukira itu semua tak akan jadi yang terakhir.
dan aku pun mencoba mengingat setiap detilnya,
supaya aku ingat itu yang terakhir dan tak lagi rindu dan inginkannya lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)