Jakarta, 2006
mataku kembali berkeliar liar merajai tiap sudut sempit kubus tempat kuberkubang.
kubangan paling mewah yang pernah ada dengan berjuta- juta kenangan terukir dan terekat cantik di dalamnya.
kembali aku terbengong sendiri dalam kamar gelapku ini.
mohon kantuk datang sergap aku.
bukan kantuk yang datang, tapi malah segala kenang yang berseliweran di hadapanku.
seolah- olah menggoda aku yang haus akan cantiknya hidup yang terpampang manis dalam tiap kenang di tiap sudut kamarku.
kesunyian malamku seolah menghantarku menejmput pagi saat kusadari hari telah berganti tanpa terselingi istirahat mata yang telah lelah menatap.
hhh....
hanya minta kantuk datang saja begitu sulitnya.
sampai- sampai aku mulai frustrasi karena kantuk tak kunjung berkunjung.
jadi sekarang ini aku menulis.
kembali menulis cerita tentang "aku".
seseorang pernah berkata bahwa aku hanya menulis tentang aku,
dari sudut pandang milikku,
juga dengan gaya bahasaku.
Dengan sangat jelas aku menyadari hal itu karena sebenarnya topik tentang akulah yang paling kukuasai, topik tentang diriku yang tak punya banyak kisah untuk dibagikan inilah yang paling kumengerti.
karena pada kenyataannya,
semua tulisan yang terhasil dari tarian gemulai jemariku di atas lemabar putih ini hanyalah sebuah curahan hati yang terpublikasi dan kebetulan dibumbui kata pengindah.
sama halnya dengan yang satu ini.
semua ini hanyalah curahan hatiku yang terangkai cantik dengan kalimat- kalimat pemanis.
dengan sibuknya jemariku berlenggang,
tetap tak hasilkan kantuk.
lemas oleh kedepresian kronis karena tak dapatkan kantuk buatku memutuskan 'tuk hentikan saha tulisanku ini.
biarlah jadi menggantung,
mengambang...
biar mata dan otak para penikmat kisah ini penasaran dan nagih tiap kisahku tentang mohonku supaya kantuk datang. [rei]
Saturday, January 10, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment